MENU

Iklan

IKUTI KAMI

Mobile Apps

Melawan Arus Modernisasi | Inti Bhuwana Esa Pertaruhkan Segalanya Demi Kebesaran Arsitektur Bali yang Terlupakan!

Tuesday, July 8, 2025, July 08, 2025 WIB Last Updated 2025-07-08T14:50:42Z

 


Gianyar Bali, Kompas Jurnal — Saat gelombang modernisasi kian menggerus identitas lokal, sekelompok seniman dan undagi di Gianyar menolak menyerah. Di balik megahnya bangunan beton, Inti Bhuwana Esa muncul sebagai benteng terakhir arsitektur tradisional Bali. Mereka tak sekadar membangun rumah, melainkan menghidupkan kembali roh leluhur lewat setiap Bale Bali yang mereka ciptakan—sebuah anomali di tengah gempuran desain industrial yang kering tanpa jiwa.

Berlokasi strategis di Jl. Raya Pering, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, perusahaan yang dinakhodai oleh Mas Ahmad, alias Kang Ibe, ini adalah sebuah kisah metamorfosis. Dimulai sejak awal 2000-an dengan sekadar memproduksi furnitur, Kang Ibe kini memilih jalan yang lebih berat, namun penuh makna: menjadi penjaga kunci warisan budaya Bali.

"Fokus kami sekarang lebih ke Bale Bali, karena di sinilah kami merasa punya tanggung jawab besar untuk menjaga warisan nenek moyang. Dan saya tidak sendiri—semua ini bisa berjalan karena tim kami yang luar biasa," ujar Kang Ibe pada Selasa (08/07/2025). Pernyataannya bukan sekadar basa-basi, melainkan pengakuan jujur akan soliditas tim yang menjadi urat nadi keberhasilan mereka.

Kang Ibe bukan sekadar pengusaha; ia adalah seorang visioner. Ia memahami bahwa keindahan arsitektur tradisional Bali tak bisa dibeli hanya dengan uang. Dibutuhkan keahlian mendalam, dedikasi, dan pemahaman filosofi Asta Kosala Kosali yang mengakar kuat. Timnya tak hanya sekadar tukang, mereka adalah maestro yang menguasai seni tata ruang tradisional Bali, di mana setiap tiang, setiap atap, dan setiap detail harus selaras dengan anatomi penghuni, arah mata angin, hingga keseimbangan spiritual yang tak terlihat mata.

Bli Puja, kepala tim tukang Inti Bhuwana Esa, menegaskan bahwa di balik setiap karya mereka, ada kompaknya tim dan obsesi terhadap detail. "Di sini kami benar-benar memperhatikan pakem adat. Pak Ahmad juga selalu menyediakan bahan berkualitas terbaik, jadi kami sebagai tukang bisa bekerja dengan lebih percaya diri. Hasilnya ya bisa dilihat sendiri—Bale Bandung, Bale Dangin, Bale Piasan semuanya dikerjakan dengan penuh ketelitian," tuturnya. Ini bukan sekadar membangun; ini adalah ritual sakral yang diulang dalam setiap proyek.

Kang Ibe selalu menggemakan satu prinsip: tim bukanlah sekadar tenaga kerja, melainkan mitra sejati dalam menjaga budaya. Ia mendorong setiap undagi untuk terus belajar, berkembang, dan merasakan kebanggaan luar biasa atas setiap karya yang mereka lahirkan. Sebuah mentalitas yang langka di era serba instan ini.

Pengakuan pun datang bertubi-tubi. I Made Astra Widana, seorang pengusaha konveksi dari Denpasar Selatan, tak sungkan memuji hasil kerja Inti Bhuwana Esa. "Terima kasih untuk Kang Ibe dan seluruh timnya. Pesanannya benar-benar sesuai harapan, presisi dan indah. Semoga Inti Bhuwana Esa makin sukses dan bisa melayani lebih banyak masyarakat Bali," ungkapnya. Ini bukan sekadar testimoni, melainkan bukti nyata kualitas yang tak terbantahkan.

Dengan komitmen yang tak tergoyahkan pada kualitas, filosofi budaya yang tak pernah luntur, dan kerja tim yang solid bagaikan baja, Inti Bhuwana Esa tidak hanya membangun struktur fisik. Mereka sedang membangun jembatan ke masa lalu, menghubungkan generasi kini dengan nilai-nilai luhur nenek moyang. Di setiap tiang dan ukiran Bale Bali yang mereka bangun, tersimpan kisah dedikasi, harmoni, dan semangat pelestarian budaya yang menolak mati. Mereka adalah mercusuar harapan bagi arsitektur Bali yang abadi.

(Zainuri)


Editor: Adytia Damar
Komentar

Tampilkan

  • Melawan Arus Modernisasi | Inti Bhuwana Esa Pertaruhkan Segalanya Demi Kebesaran Arsitektur Bali yang Terlupakan!
  • 0

Edi Macan bersama Eri Cahyadi Walikota Surabaya

Edi Macan bersama Eri Cahyadi Walikota Surabaya
Direktur Utama PT Edy Macan Multimedia Center "Edi Prayitno"

Bitcoin